SULUK TUHU LINGLUNG

Dhandhang
Karya Sunan Panggung
---------------------------------------------
 
Tuhu Linglung (1)

Merasuki sastra
Sungguh bisa bikin bingung
Yang diolah senantiasa gagasan
Ilmu diuraikan
Lafal dihitung-hitung
Benar salah dipersoalkan.
Maka bukanlah tanda orang berpengetahuan
Jika terpana hanya dalam laku
Merasa malu untuk mengulang bertanya
Seakan telah ia temukan segala
Padahal belum apa-apa.

Cinta dan Logika | Jalaluddin Rumi

Belajarlah dari Ayahmu! Dia yang, tidak membanggakan-diri secara pura-pura,
Dengan air-mata kepedihan dosa-dosanya.
Inginkah engkau, kemudian, tetap berpura-pura tidak leluasa
Dan memanjat pohon Takdir? –
Laksana Iblis beserta anak cucunya yang tak disukai,

Abadinya Kehidupan | Jalaluddin Rumi

Seluruh kemampuan manusia tidaklah permanen: seluruhnya akan musnah pada hari Kebangkitan.
Namun cahaya kesadaran dan seluruh ruh nenek moyang kita bukanlah sirna semuanya, laksana rerumputan.
Mereka yang telah meninggal dunia bukanlah tidak-ada: mereka terendam dalam Sifat-sifat Ilahi.
Seluruh sifatnya terhisap ke dalam Sifat-sifat Ilahi, sama seperti hilangnya bintang-bintang oleh hadirnya matahari.

Mutiara Kata Arab | Mahfudzot (1)

مَنْ جَدَّ وَجَد
Barang siapa bersungguh-sungguh, dapatlah ia

مَنْ سَارَ عَلىَ الدَّرْبِ وَصَلَ

Kehidupan dan Cinta | HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah)

Kehidupan ini seumpama Bunga, maka Cinta adalah Madunya
Hidup ini bukanlah suatu Jalan yang Datar dan ditaburi Bunga,
Melainkan adakalanya disirami Air Mata dan juga Darah.

Mawar | Muhammad Zuhri

Mawar!
Ajari aku mengolah tanah hitam dan air limbah
menjadi rona merah padam

Cinta Jalaluddin Rumi


“Dia adalah, orang yang tidak mempunyai ketiadaan,
Saya mencintainya dan Saya mengaguminya,

Saya memilih jalannya dan Saya memalingkan muka ke jalannya.